Prinsip Dasar

Investasi adalah suatu komitmen untuk menempatkan uang ke dalam suatu instrumen dengan mengharapkan hasil yang berlipat dan tentunya resiko yang tentunya sudah diketahui serta jangka waktu yang terukur. Jadi dalam invetasi ada komponen uang, instrumen, hasil, resiko dan juga jangka waktu. Kemudian salah satu prinsip dasar dalam berinvestasi adalah:

“high return, high risk”

Semakin tinggi hasilnya tentunya resikonya juga ikut tinggi. Kalau Anda melakukan investasi tetapi tidak/belum tahu resikonya “Think Again!” (seperti kata National Geographic 🙂 Trus kalau Anda tahu dimana Investasi dengan hasil tinggi tetapi resikonya gak ada, tolong dibagi-bagi jadi kita bisa sama-sama kaya.

Sebelum memulai investasi tentunya kita harus terlebih dahulu mengetahui tujuan kita, untuk apa kita melakukan investasi. Apakah untuk melipat gandakan kekayaan, jalan-jalan, sekolah anak atau bermacam-macam tujuan tergantung dari prioritas masing-masing individu/pribadi. Setelah tujuan tahu, tentu jangan lupa untuk mengukur tingkat ketahanan kita terhadap hasil investasi kita. Apakah kita maunya selalu naik, turun sedikit tidak apa-apa atau boleh seperti roller coaster. Jadi kembali ke orang yang mau investasi.

Jangan lupa juga untuk menyediakan dahulu dana darurat sesuai dengan kondisi keuangan investor sebelum melakukan investasi apapun. Karena namanya investasi tidak ada yang bisa menjamin hasilnya. Prepare for the worst much better without any preparations 🙂

Nah kalau ngomongin orangnya, karena manusia pasti gak lepas dari emosi karena secara alamiah setiap tindakan manuasia dilandasi salah satunya emosi.

Psikologi. Berbicara orang yang melakukan investasi, secara psikologi pasti maunya untung terus karena mana ada sih orang mau rugi. Manusia pada dasarnya ogi (ogah rugi). Nah, menurut sesi seminar Investment Psychology bersama bank asing kemarin, sebelum berinvetasi apapun lebih baik punya dana darurat terlebih dahulu karena kita tidak tahu kondisi yang akan dihadapi dimasa mendatang. Kemudian beberapa faktor yang sering dilakukan oleh investor:

Over Confidence. Ini banyak dilakukan oleh investor pada umumnya. Terlalu percaya diri padahal informasi yang dimiliki hanya parsial atau tidak lengkap. Ini sangat menjebak dan dapat mengarahkan pada kerugian investasi.

Herding. Ikut-kutan tanpa mengetahui dengan jelas motivasinya. Kebanyakan investor melihat peering dengan risk profile yang sama dengan dirinya, lebih sering mengikuti action orang tersebut tanpa melihat motivasinya. Padahal bisa saja yang diikuti sendang BU (butuh uang) maka dia jual investasinya 🙂

Over Trading. Nah, ini adalah keadaan dimana antara luck dan skill tipis bedanya. Sewaktu market drop, mau cut-loss sayang maka salah satu jalannya averaging cost kebawah dengan membeli lagi diharga rendah. Tapi karena beda tipis antara kebetulan dan kemampuan jadinya bisa terus-terusan beli J karena belum tahu batas bawah market drop sampe berapa.

Naive Diversification. Banyak investor merasa sudah melakukan diversifikasi dengan cara membeli produk lebih dari satu tapi tidak memperhatikan asset classnya. Contohnya membeli reksa dana 3 produk tetapi berkategori reksa dana saham semua. Tidak salah memang, tetapi kurang tepat untuk diversifikasi karena asset classnya sama dan ini yang disebut naïve diversification.

Jenis Instrumen. Setelah kita tahu sifat-sifat dasar yang berhubungan dengan psikologi, trus kita mesti bagaimana? Tentu tetaplah pada tujuan kita melakukan invest itu untuk kebutuhan apa. Nah setelah kita mengukur tingkat tolerasi resiko kita (risk profile), kita bisa investasi di jenis instrument yang berbeda-beda. Bisa dimulai dari Reksa Dana kemudian jenis investasi yang lain seperti bonds, equity maupun money market.  Salah satu jenis investasi yang portable dan likuid serta menghasilkan return serta stylish adalah Diamond.

Diamond. Investasi diamond portable karena bentuknya yang kecil dapat dipindahkan dengan mudah dan juga dapat dipakai untuk bergaya J Untuk memilih yang berkualitas, bisa dilihat dari 4C (color, clarity, cut, carat). Selain itu ada 1C lagi yaitu Certificate, sangat diperlukan untuk menjamin keaslian dari diamond yang dibeli. Pada saat membeli diamond juga harus diperhatikan buy-back policy dari toko yang menjualnya untuk memastikan likuiditasnya. Diamond itu tidak memancarkan cahaya tetapi memantulkan cahaya. Secara resiko, diamond termasuk dalam kategori yang rendah maka dari itu tentunya return dari diamond juga tidak terlalu tinggi. Investasi diamond biasanya memerlukan uang yang tidak kecil untuk memulainya. So kalau mau bergaya dan berinvestasi, diamond adalah salah satu pilihannya.

Reksa Dana. Salah satu instrument investasi yang murah untuk memulai adalah reksa dana. Pilihan investasinya juga beragam dari yang sebagian besar berinvestasi di pasar uang, pendapatan tetap, saham maupun campuran. Reksa Dana ini cukup aman karena di kelola oleh manajer investasi yang professional dan diawasi langsung oleh Negara melalui BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Khusus untuk reksa dana saham biasanya jangka waktu investasinya cukup panjang diatas 5 tahun untuk mendapatkan return jangka panjang yang tinggi tergantung dari pasar saham/bursa. Dalam kondisi suku bunga SBI (sertifikat Bank Indonesia) yang cenderung flat, maka pilihan Reksa Dana Saham adalah cukup tepat asalkan sesuai dengan profil resiko investor karena kondisi pasar saham biasanya akan bullish (terus naik).

Regular Investment. Bagaimana kita tahu kondisi pasar sedang bullish atau bearish (sedang turun/drop)? Kemudian kapan kita harus masuk ke pasar (membeli instrument investasi) kalau kondisi suku bunga sedang tidak tentu? Nah supaya tidak terjebak dengan kondisi pasar dan juga kondisi psikologi kita, lebih baik kita melakukan pembelian secara regular. Dengan menetapkan tanggal investasi kita setiap periode (bulan/tahun/hari) tergantung juga kondisi keuangan kita. Cara pembelian regular ini sering disebut Dollar Cost Averaging (DCA). Dari pengalaman dan menurut para ahli, strategi DCA ini dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan kita harus melakukan investasi dengan memastikan waktu yang tepat (market timing). Padalah kan kita kadang tidak tahu kondisi pasar sedang naik/turun, jadi investasi dengan market timing memerlukan perhatian yang lebih ekstra dari investor untuk memonitor pasar, sedangkan DCA memberikan waktu lebih banyak kepada investor untuk melakukan hal lain yang lebih produktif, kecuali memang pekerjaan kita memonitor pasar seperti fund manager, analyst ataupun trader.

Nah, jadi kalau kita lihat dari uraian diatas, mau investasi apapun itu prinsip dasar yang harus diperhatikan sama, yaitu “high return, high risk” kemudian untuk investasi kita juga harus memastikan memiliki dana darurat untuk mempersiapkan kondisi yang tidak menentu dikemudian hari. Jangan lupa untuk men-set tujuan kita serta melihat tingkat toleransi kita terhadap naik turunnya nilai investasi. Setelah itu barulah kita memilih produk yang sesuai untuk kita. Trus, kapan membelinya? Tidak perlu menunggu, mulai dari sekarang dan lakukan secara regular. Salah satu strategi yang sudah terbukti adalah dengan DCA, investasi secara regular dalam jangka panjang. Semoga cita-cita kita terwujud karena investasi kita berkembang sesuai dengan harapan.

Tulisan ini dibuat setelah mendapat kesempatan mengikuti seminar investasi bersama salah satu bank asing, karena menang quiz #InvestDay dari @AidilAkbar. Pengen tahu tentang Perencanaan Keuangan, silakan kunjungi http://www.aidilakbar.com

About albertush

Masih terus belajar bersyukur dan berlari di pagi hari.
This entry was posted in Investasi. Bookmark the permalink.

Leave a comment